07 Januari 2009

Si Kecil Tak Segemuk Waktu Bayi



Menginjak usia 2 tahun, biasanya anak tidak segemuk ketika bayi. Mengapa? Mungkin beberapa informasi berikut ini bisa menenangkan Anda:

  • Perkembangan fisik anak batita lebih lambat ketimbang bayi, tapi pada tingkat yang dapat diramalkan. Demikian menurut Eve R. Colson, MD dan Paul H. Dworkin, MD., Profesor Pediatri dari University of Connecticut School of Medicine, dalam Toddler Development. Persentase lemak tubuh terus turun secara teratur dari 22% di usia 1 tahun sampai kira-kira tinggal 12,5%-15% di usia 5 tahun, terang keduanya seperti dimuat dalam Pediatrics in Review. Di akhir masa batita, imbuh mereka, peningkatan tegangan otot dan penurunan lemak tubuh membuat penampilan anak lebih kurus -- tapi berotot. Hal ini diperkuat dengan pendapat sumber lain, bahwa pada ulang tahun kedua, anak batita biasanya kehilangan tampilan bayinya dan tumbuh meninggi alih-alih membulat. Dengan bertambahnya kekuatan dan kecakapan batita, tingkat pertumbuhan fisiknya pun melambat.
  • Target pertumbuhan anak batita lebih rendah dibanding bayi. Terbiasa oleh targetpertumbuhan yang tinggi di tahun pertama, misalnya, bayi usia 0-6 bulan harus bertambah beratnya antara 500-1000 gram per bulan, orang tua kadang lupa bahwa di tahun kedua, anak tidak perlu tumbuh secepat bayi di tahun pertama. Sekedar gambaran, sebuah sumber menyebutkan bahwa sepanjang tahun kedua, anak batita mungkin hanya bertambah beratnya sebanyak 1,4 kg-2,26 kg. Anak perempuan usia 15 bulan beratnya rata-rata sekitar 10 kg dan tingginya 79 cm (anak laki-laki tingginya sama, tapi lebih berat sekitar 0,5 kg).
  • Tiap anak tumbuh mengikuti kurva pertumbuhannya masing-masing. Demikian menurut ahli diet Joanne Larsen, MS, RD, LD, pengasuh rubrik tanya jawab Ask the Dietitian, menanggapi keluhan ibu yang anak usia 1 tahunnya dikhawatirkan tak tumbuh -- lantaran bobotnya di ambang bawah rentang berat badan anak seusianya. Ada anak yang tumbuhnya cepat, dan ada yang tumbuh pada tingkatan yang biasa saja, kata Joanne. Sumber lain menyebutkan, berat dan tinggi badan adalah seperti rambut dan warna mata anak: dipengaruhi faktor keturunan. Joanne menyarankan agar orang tua memeriksa pertambahan tinggi dan berat anak sejak lahir. Jika tinggi dan berat anak datar-datar saja selama 3 bulan, anak perlu campur tangan medis. Jika tinggi dan berat terus meningkat, berarti anak tumbuh (akan tetapi jika tingkat pertumbuhannya sangat lambat, anak perlu dibantu untuk mencapai tingkat pertumbuhan normal untuk usianya).
  • Orang tua terlalu mengatur asupan makan anak batita. Journal of the American Dietetic Association, Juni 2000, memuat temuan menarik dari hasil studi terhadap anak-anak kulit putih Amerika berusia 12-18 bulan. Disebutkan, anak-anak batita ternyata lebih banyak makannya dan pertambahan berat badannya jika orang tua tidak terus-terusan mencoba mengatur asupan makan mereka. Para peneliti dalam studi tersebut juga menyebutkan, ibu-ibu yang menyusui minimal 12 bulan lebih bisa mengakui peranan anaknya dalam pengaturan asupan makanan. Apa yang bisa kita petik dari hasil temuan ini? Jika ingin si kecil tidak kurus-kurus amat di tahun keduanya, hindarkan memaksa mereka makan! Tugas kita hanyalah menghidangkan aneka makanan yang aman dan bergizi untuk mereka. Selebihnya, percayakan pada lidah dan ukuran lambung si kecil!!
Satu hal yang juga perlu kita renungkan bersama. Mungkin kita terbiasa melihat gambar-gambar bayi dan batita gemuk di mana-mana: di kemasan susu dan makanan bayi/batita, iklan produk-produk dan perlengkapan bayi/batita, sampul majalah dan buku-buku referensi perawatan bayi/batita, film, kartu ucapan, kertas kado, atau bahkan di gambar panduan tumbuh kembang balita di klinik dan rumah sakit. Gambar-gambar tersebut dicitrakan sebagai gambaran ideal atau yang seharusnya. Maka, ketika tampilan si kecil tak segemuk gambar-gambar tadi, kita pun menganggapnya bermasalah. Lalu kita semakin cemas ketika ada yang mempertanyakan: kenapa si kecil sekarang kurus. Padahal, kemungkinan besar si kecil baik-baik saja.