13 Agustus 2009

PCMAV 2.1 dan Clamav 0.95.1


PCMAV 2.1 baru saja dirilis. Versi baru antivirus ini sudah mampu mengenali 2.883 signature virus.

Apabila database Clamav 0.95.1 digabung virus signature akan bertambah menjadi 610.943

Adapun yang baru pada PCMAV sepertinya menekankan pada pembasmian virus Sality jenis polymorphic.

Untuk mendownload PCMAV 2.1 silakan pilih salah satu link berikut:

PCMAV 2.1

PCMAV 2.1 dg database Clamav 0.95.1

Dari mumtazanas.wordpress.com

05 Agustus 2009

Bijak Konsumsi Obat


JAKARTA–Obat-obatan merupakan salah satu terapi yang digunakan oleh dokter dan ahli medis lain untuk menyembuhkan pasien. Namun, jika digunakan berlebihan dan tidak tepat justru dapat mengganggu organ hati (liver)

Sayangnya, masyarakat di Indonesia masih banyak yang menganggap hal itu sebagai suatu kewajaran. Selain itu, kebiasaan yang berlaku adalah meminta obat untuk masing-masing gejala penyakit yang timbul.

Misalnya, seorang ibu yang anaknya menderita diare, dia akan meminta obat untuk mencretnya, lalu obat untuk mualnya, nafsu makannya, juga obat untuk kepala pusing. Alhasil saat pulang, ibu bisa membawa lebih dari tiga macam obat untuk anaknya.

”Padahal untuk penyakit harian seperti diare, batuk, demam, atau radang tenggorokan tidak perlu sampai lebih dari dua obat,” kata dr Purnamawati S Pujiarto SpAK MMPed, duta WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk penggunaan obat secara rasional, dalam sebuah seminar di Kemang Medical Care, Jakarta, belum lama ini.

Ketika Anda atau keluarga Anda menderita penyakit harian, mestinya tak perlu panik. Dokter yang akrab disapa Wati itu mengatakan, penyakit harian akan sembuh sendiri dalam beberapa hari tanpa bantuan obat.

Penyakit tersebut merupakan hal alami yang terus terjadi dalam tubuh manusia. Perlu ditahui, penyakit ringan itu merupakan cara alami manusia untuk memerangi bakteri atau virus jahat dalam tubuh. Jadi, jangan terlampau tergantung pada obat.

Wati mengingatkan, meski obat sangat berguna bagi kesehatan namun jika digunakan sembarangan akan merugikan kesehatan itu sendiri. Sangat penting untuk menggunakan obat secara rasional dan bijaksana, utamanya demi menjaga fungsi hati.

Wati memaparkan, sebagian besar obat tidak larut dalam air sehingga perlu diproses di hati agar menjadi komponen yang larut dalam air.

”Sehingga jika menggunakan obat terlalu banyak dan tidak tepat akan merusak kerja hati. Selain itu, ginjal juga akan kesulitan mengeluarkan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 1978 itu.

Dia memberi contoh, obat batuk pilek yang mengandung dekongestan. Kandungan ini (dekongestan), kata dia, tidak pernah terbukti efektif menangani batuk pilek. Bahkan di beberapa negara, dekongestan sudah dinyatakan tidak aman diberikan pada bayi dan anak kecil.

Saat Anda batuk, jangan pernah meminum obat untuk menekan batuk. Pasalnya, batuk berfungsi untuk membantu membersihkan jalan napas sehingga tidak boleh ditekan. ‘

‘Golongan yang paling rentan terkena efek tidak baik dari penggunaan obat yang kurang tepat adalah anak-anak dan manula,” kata Wati, yang pada 1994-2003 menjadi staf pengajar di Sub Bagian Hepatologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI.

Ada sejumlah jurus yang bisa dilakukan untuk mencegah penggunaan obat yang tidak rasional. Salah satunya dengan membangun hubungan baik antara pasien dan dokter dalam sebuah sesi pengobatan.

Wati menggambarkan, ketika pasien datang, dokter harus mengumpulkan data perihal permasalahan, perjalanan penyakit dam pengobatan yang pernah diperoleh pasien. Dokter lalu memberikan diagnosis yang tepat dan akurat, dilanjutkan dengan pemilihan obat yang efektif, aman, cocok, terjangkau dan mudah didapat.

Dokter juga harus menjelaskan manfaat dan efek samping obat serta tindakan yang mesti dilakukan jika terjadi efek samping.

Sebagai pasien, Anda tak harus selalu menerima atau puas dengan apa yang dilakukan dokter. Anda berhak menanyakan banyak hal seputar penanganan penyakit. Setelah mendapatkan obat, selayaknya pasien dapat bertanya, apakah dirinya memang perlu mendapatkan obat itu, kandungan aktif obat, bagaimana mekanisme kerja obat, indikasi, kontra indikasi dan efek samping.

Pendek kata, jadilah pasien yang kritis. ”Ini justru dapat memberikan banyak pengetahuan, sekaligus mengamankan Anda dalam mengonsumsi obat,” kata Wati yang juga menulis buku Q&A Smart Parents for Healthy Children.

Pasien juga harus memahami, tidak selamanya dokter harus memberikan obat. ”Sebuah pelayanan kesehatan yang baik tidak berarti mengeluarkan obat sebagai hasilnya, melainkan sebuah konsultasi dan diskusi antara pasien dan dokter tentang penyakit dan cara penanganannya,” pungkasnya.

Sumber : Republika

Anak Batuk, Tak Perlu Panik


Batuk bukanlah penyakit. Kebanyakan karena alergi dan virus yang tidak perlu obat.

Hujan dan panas kini silih berganti menyapa penghuni negeri ini. Kemarin diguyur hujan, hari ini bergelimang dengan terik mentari. Dalam udara yang berubah-ubah seperti ini, bila tubuh tak dalam kondisi fit, batuk dan flu pun rajin menyapa. Seperti yang dialami Kiki, bocah berumur 7 tahun. Anak sekolah dasar yang aktif ini mulai merasakan sakit di tenggorokannya . Sesekali ia batuk, saat pagi ataupun malam hari. Seperti kebanyakan para ibu, sang mama langsung mengambil solusi pemberian obat batuk. “Kebetulan obat batuknya ada yang cocok dengan dia. Jadi, sudah disiapkan di kotak obat di rumah,” ujarnya. Pemberian obat itu membuat si mama tak lagi merasa cemas.

Sebenarnya tidak perlu ada yang dicemaskan dengan kehadiran batuk pada anak. Seorang spesialis anak secara ekstrem menyebutkan tidak ada anak yang meninggal dunia gara-gara batuk. Dr Purnamawati Sujud Pujiarto, SpAK, dari Kemang Medical Care, Jakarta Selatan, pun menjelaskan bahwa pada dasarnya batuk adalah sebuah refleks yang pusat pengaturannya berada di otak. Refleks batuk juga merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke saluran napas. “Ketika tersedak, ketika terkena infeksi flu, lendir yang berlebihan pun akan dibatukkan oleh tubuh,” katanya.

Kebiasaan pemberian obat batuk ini tak hanya terjadi di negeri ini. Di Amerika Serikat pun, para orang tua masih melakukan hal serupa. Peneliti dari Universitas Boston, pada Mei 2008 menemukan hampir 10 anak di Amerika Serikat menggunakan satu atau lebih obat batuk dan flu selama seminggu. Peneliti merasa sedikit heran bahwa frekuensi dosis obat batuk pada anak di Negeri Abang Sam itu masih belum dipahami oleh para orang tua.

Dalam studi juga ditemukan bahwa pemberian obat batuk itu tidak hanya dilakukan terhadap anak berusia 2-5 tahun, tetapi juga di bawah 2 tahun. Padahal, hampir di semua jenis obat tersebut, 64,2 persen menggunakan lebih dari satu bahan aktif. Ketua peneliti, Louis Vernacchio, MD, menyebutkan konsumsi obat batuk ataupun flu bagi anak balita ini tidaklah perlu. “Yang perlu diwaspadai malahan efek berbahaya dan rendahnya bukti klinis bahwa pengobatan tersebut efektif untuk anak-anak,” ujarnya, seperti dikutip Sciencedaily.

Masih lalainya para orang tua tentang dosis obat batuk dan flu tersebut terlihat dari tren meningkatnya jumlah anak-anak overdosis obat batuk dan flu berupa sirup di ruang gawat darurat rumah sakit. “Kami menemukan banyak kasus bahkan orang tua langsung memberikan obat ke mulut anak langsung dari botol,” kata Dr Richard Dart, Direktur Pusat Obat dan Keracunan Rocky Montain, Denver, seperti tertera dalam msnbc, 18 Desember lalu. Bart menyebutkan komplikasi karena bahaya penggunaan dosis obat batuk dan flu anak yang tidak tepat itu sudah diketahui publik, tetapi orang tetap saja tidak waspada. Kondisi ini telah membuat Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat pada Oktober lalu mendesak perusahaan obat batuk dan flu anak untuk pencantuman larangan obat tersebut untuk anak di bawah 4 tahun. Bahkan, mereka tengah mempertimbangkan larangan penggunaannya untuk anak di bawah 12 tahun.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat pun tegas-tegas menyatakan bahwa batuk ataupun radang tenggorokan tidak membutuhkan terapi antibiotika. “Yang perlu ialah perbanyak minum, maka batuk pun akan mereda karena lendir menjadi lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan,” ucap Wati. Batuk muncul karena peningkatan produksi dahak yang dipicu oleh infeksi virus atau alergi. Spesialis anak yang biasa disapa Wati ini menyebutkan, batuk akibat infeksi virus flu bisa berlangsung hingga dua minggu bahkan lebih malah lagi jika anak sensitif atau alergi.

Kebanyakan, Wati menyebutkan, penyebab batuk pada bayi dan anak kecil adalah virus parainfluenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan virus influenza. “Batuk lama pada anak besar bisa karena pertusis, mycoplasma pneumoniae, tetapi kebanyakan tetap karena alergi dan infeksi virus sehingga umumnya tidak membutuhkan antibiotik,” paparnya. Ia menambahkan pada anak besar, batuk yang berlangsung lebih dari 4 hingga 8 minggu, memang perlu dipikirkan kemungkinan terjadi hipersensitivitas saluran napas, aspirasi benda asing, tuberkulosis, pertusis, cystic fibrosis, atau sinusitis. “Dalam kondisi ini, baru terapi antibiotik perlu dipertimbangkan.”

Tip Kurangi Produksi Lendir

  1. Minum air hangat yang banyak.
  2. Bila masih bayi, gunakan bantal yang agak tinggi.
  3. Jangan gunakan antibiotik, penekan batuk codein, atau dekstrometorfan (DMP).
  4. Batuk yang bukan penyakit, cari penyebabnya.
  5. Tidak ada yang namanya obat batuk, kecuali jika batuknya disebabkan oleh asma.

Sumber : Koran Tempo

Hindari Obat Irasional



Sering Kali tidak Menyasar Sumber Penyakit Konsumsi obat kerap dibutuhkan untuk mengatasi penyakit. Namun perlu diwaspadai, pemakaian obat berlebih dapat menimbulkan gangguan ginjal dan hati.

Beberapa tahun lalu, Gendi memeriksakan anaknya, Pasha, yang berusia sepuluh bulan ke dokter langganan keluarga. Kepada dokter, ayah muda itu mengungkapkan kekhawatirannya karena Pasha terlihat kurus. Saat mendengar keluhan yang disampaikan Gendi, sang dokter yang bergelar profesor itu langsung curiga Pasha terkena tuberkulosis (Tb).

Namun, setelah dilakukan uji mantuk kepada Pasha, hasilnya negatif. Dokter kemudian menyarankan Pasha dirontgen. Didapati ada bercak putih di paru-paru Pasha. Atas dasar itu, dokter langsung menyimpulkan Pasha terkena Tb dan diresepkan obat anti-Tb (OAT) yang harus dikonsumsi selama enam bulan.

Setelah konsumsi obat berlangsung tiga bulan, Gendi membawa Pasha kembali ke dokter untuk evaluasi. Saat itu, tanpa melihat kondisi Pasha lebih jauh, dokter menyarankan konsumsi OAT diteruskan sampai genap enam bulan.

Sebulan kemudian, Gendi membawa Pasha kembali ke dokter yang sama. Tujuannya sekadar untuk pemeriksaan rutin. Saat itulah Gendi merasa ada yang tidak beres dengan dokter tersebut.

“Setelah melihat rekam medis (medical record) Pasha, dokter bertanya apakah Pasha masih mengonsumsi OAT. “Padahal, sebulan lalu ia sendiri menyarankan OAT harus diteruskan sampai enam bulan,” kisah Gendi kepada Media Indonesia di Jakarta, Senin lalu (17/1).

Karena merasa ada yang tidak beres, laki-laki asal Pejaten itu membawa Pasha ke dokter anak lain untuk mencari second opinion. Betapa kagetnya Gendi ketika hasil konsultasi dokter anak tersebut dengan koleganya yang ahli paru menyatakan Pasha sebenarnya tidak pernah terkena Tb.

Selain Gendi, pengalaman ‘buruk’ serupa juga dikisahkan Trinovi Riastuti. Sekitar dua tahun silam ibu yang akrab disapa Ria itu memeriksakan bayinya, Nathan, ke dokter. Penyebabnya, pagi-pagi Nathan muntah-muntah setelah malamnya sempat jatuh dari tempat tidur.

Berdasar cerita Ria, dokter curiga Nathan mengalami cedera otak dan disarankan melakukan CT scan. Ia juga meresepkan obat vitamin otak untuk membantu memulihkan Nathan. Beruntung, Ria tergolong ibu yang rajin mempelajari pengetahuan tentang kesehatan anak.

‘’Saya tidak percaya dokter begitu saja. Dari melihat cara muntahnya Nathan serta dari tukar pengalaman di milis kesehatan anak, saya justru curiga masalah Nathan ada di saluran cernanya,’’ kisah ibu asal cengkareng itu.

Ria semakin yakin Nathan bermasalah dengan saluran cernanya ketika selain muntah Nathan juga diare. Karena itulah Ria mengurungkan niat men-CT-Scan Nathan dan tidak jadi menebus vitamin otak yang diresepkan dokter.

“Terlebih hasil browsing di internet menyatakan efek samping vitamin otak itu bagi bayi cukup berbahaya. Dengan menggencarkan pemberian ASI, Nathan pulih,’’ kata Ria.

Kisah Gendi dan Ria cukup memberi gambaran bahwa dokter juga bisa melakukan kesalahan dalam menangani pasiennya. Penting bagi para orang tua untuk membekali diri dengan pengetahuan tentang kesehatan anak agar tidak terkecoh.

Terlebih, sebagian dokter di Indonesia belum menerapkan konsep penggunaan obat secara rasional (rational use of drug/RUD). Mereka, sadar atau tidak, justru masih menerapkan konsep penggunaan obat yang irasional (irrational use of drug/IRUD).

Polifarmasi Spesialis anak dr Purnamawati S Pujiarto, SpA(K), MMPed, mengungkapkan hal itu pada sebuah seminar tentang bahaya obat irasional yang digelar di Kemang Medical Care, beberapa waktu lalu. ‘’Menurut WHO, pengobatan yang rasional adalah pemberian obat yang sesuai kebutuhan pasien, dalam dosis yang sesuai dan periode waktu tertentu, serta dengan biaya serendah mungkin baik bagi pasien maupun komunitasnya,’’ jelas dokter yang juga duta WHO untuk penggunaan obat rasional ini.

Dokter yang akrab disapa Wati ini menambahkan, pola pengobatan yang rasional juga bukan pengobatan yang tergopoh-gopoh mengobati gejala, melainkan mencari akar permasalahan. Misalnya, mengapa batuk, mengapa diare. “Bukan memberi resep obat batuk atau obat mampat diare,” tutur Wati yang juga Direktur Medis Kemang Medical Care itu.

Menurut Wati, perlu diketahui bahwa kasus demam, batuk, pilek, radang tenggorok, dan diare akut tanpa perdarahan yang kerap dialami anakanak, sebagian besar disebabkan virus dan bisa sembuh sendiri tanpa perlu obat. Namun di masyarakat, kerap terjadi pada kasus-kasus tersebut dokter meresepkan beberapa jenis obat.

Pemberian obat berlebihan (polifarmasi) kata Wati, merupakan salah satu bentuk penggunaan obat irasional yang lazim ditemui. Dalam kasus tersebut biasanya pengobatan bersifat simtomatis atau pengobatan terhadap gejala, bukan pada sumber penyakit.

“Contohnya, ketika menghadapi pasien dengan lima keluhan dokter memberi lima jenis obat. Pasien pun senang karena semua keluhannya sirna. Namun, hal itu justru potensial menciptakan kondisi dengan diagnosis tetap mengambang, bahkan bisa terlambat dideteksi,” jelas Wati.

Selain polifarmasi, bentuk penggunaan obat yang irasional antara lain, pemberian antibiotik, steroid, dan suplemen berlebihan serta peresepan obat bermerek padahal ada generiknya.

“Minimnya informasi terkait dengan obat-obat yang diresepkan juga termasuk praktik penggunaan obat irasional. “Biasanya informasi sebatas, ini obat radang, ini untuk dahak, ini untuk mulas,” terang Wati.

Tips menghindari resep obat irasional:

  1. Pelajari penyakit-penyakit ‘harian’ seperti demam, batuk pilek, diare, dan sakit kepala. Biasakan browsing di internet dari situs yang tepercaya, seperti Mayoclinic, AAP, RCH, Kidshealth, CDC, WHO, BMJ, dan NEJM.
  2. Ketika ke dokter, pahami, tujuannya adalah berkonsultasi, bukan sekadar meminta secarik resep. Berdiskusilah, mintalah diagnosis dalam bahasa medis sehingga bisa digunakan saat mencari informasi tambahan di inter net atau sumber lain, mintalah penjelasan penyebab timbulnya masalah, diagnosis, dan rencana penanganannya.
  3. Ketika diberi resep, hitung jumlah barisnya. Jika lebih dari dua, alarm kecurigaan terhadap praktik polifarmasi harus dipasang.
  4. Tanyakan baris per baris obat ke dokter (dan farmasis), meliputi kandung an aktifnya, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, dan risiko efek samping.
  5. Resep jangan langsung dibeli, cari informasi tambahan mengenai obat obatan yang diresepkan. Tidak perlu khawatir kondisi akan memburuk se bab apabila kita berada dalam kondisi gawat darurat, tentu akan langsung dirujuk rawat inap dengan berbagai intervensi segera (pemberian oksigen, pasang infus).
  6. Mintalah resep obat generik.

Sumber : Media Indonesia

Demam pada Anak : Fever is Functional


Demam merupakan salah satu masalah yang kerap djumpai dalam mengasuh dan membesarkan anak. Mengapa? Anak memang sangat rentan terhadap infeksi virus seperti pilek/flu/selesma. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa anak kerap mengalami demam. Di lain pihak, bahayakah demam itu? Buruk benarkah demam itu? Rasanya tidak ada sesuatu yang 100% buruk atau yang 100% baik. Pasti ada maksudnya mengapa Tuhan mewujudkan fenomena demam ini. Bahwa ada ekses atau komplikasi, itulah hidup.

FEVER. Harmful?

Demam merupakan alasan terbanyak membawa anak ke dokter. Hal ini sedikit banyak merefleksikan kepanikan orang tua menghadapi masalah demam pada anak. Padahal, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa program edukasi perihal demam membuat orang tua lebih rasional dalam menangani demam. Oleh karena itu, akan dibahas beberapa subtopik

* Mekanisme pengaturan suhu tubuh,
* Mekanisme terjadinya demam, serta
* Prinsip penanganan anak demam.

Setelah ini, diharapkan orang tua dapat menyikapi demam secara proporsional karena sesungguhnya demam itu suatu kondisi fungsional (Fever is functional), artinya, demam berfungsi membantu kita memerangi infeksi. Demam berfungsi sebagai alarm untuk memberitahukan bahwa sesuatu tengah terjadi di dalam tubuh kita.
IRRATIONAL USE OF DRUGS (IRUD)

Seluruh dunia, sudah sejak lama, sangat mengkhawatirkan pola pemberian obat – khususnya di negara sedang berkembang. Masalahnya memang sangat kompleks dan saling terkait antara pihak regulasi, prescriber (dokter), konsumen (pasien), dan industri obat. Paling tidak ada 2 masalah utama perihal IRUD yaitu polifarmasi dan pemberian antibiotik yANg berlebihan atau kurang pada tempatnya. Anak merupakan populasi yang paling terpapar pada obat – pada banyak obat (polypharmacy) dan kepada antibiotik. Tiga kondisi yang paling sering diterapi dengan antibiotik adalah demam, radang tenggorokan, dan diare.

Coba pelajari kartu berobat putra putri ibu, perhatikan, berapa kali dalam 1 tahun ibu membawa mereka berobat karena sakit. Berapa kali dari kunjungan itu, dimana ibu tidak memperoleh obat, tidak memperoleh antibiotik?

Padahal, kelompok yang rentan mengalami efek samping obat adalah mereka yang sangat tua dan mereka yang sangat muda (bayi dan anak-anak). Penelitian menunjukkan 3 alasan di pihak dokter yang terkait IRUD: Lack of confidence, tekanan dari konsumen, dan tekanan dari industri obat. Beberapa contoh perilaku konsumen yang tidak rasional.

  • Bersikap pasrah dan tidak berpartisipasi aktif dalam urusan kesehatannya.
  • Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa antibiotik adalah “obat dewa” – penyelamat jiwa. Apapapun sakitnya anak, HARUS diberi antibiotik.
Ketahuilah, bukan hanya pasien yang berada dalam posisi ketergantungan terhadap dokter, dokter juga sama dependent nya terhadap pasiennya. Pasien yang tidak rasional akan mendorong dokter untuk juga tidak rasional. Sudah terbukti bahwa perilaku konsumen kesehatan yang rasional dan kritis akan membantu peningkatan kualitas layanan kesehatan.
MEKANISME PENGATURAN SUHU TUBUH

Tubuh kita diperlengkapi dengan berbagai mekanisme pengaturan yang canggih termasuk perihal suhu. Pusat pengaturan suhu adalah hipotalamus (termostat), suatu bagian kecil di otak kita, dan pusat pengaturan suhu tubuh itu disebut dengan SET POINT. Mekanisme pengaturan ini mempertahankan suhu tubuh kita agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37C (homotermal)

Bagaimana persisnya suhu di atur? Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan dari suhu darah yang beredar di tubuh kita. Tergantung dari input ini lah maka termosat akan membentuk panas atau justru membuang panas.
MEKANISME PENGATURAN OLEH HYPOTHALAMUS
  • Bila suhu di luar dingin: hipotalamus membuat program agar kita tidak kedinginan yaitu dengan menaikkan set pointnya alias menaikkan suhu tubuh dengan menggigil dan dengan mengerutkan pembuluh darah. Di musim dingin, kita akan menggigil dan tampak pucat.
  • Bila suhu di luar panas: hipotalamus harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heat stroke. Caranya? Dengan mengeluarkan panas tubuh melalui upaya penguapan seperti berkeringat, pelebaran pembuluh darah, dan pernafasan yg lebih cepat. Oleh karena itu, pada saat kita kepanasan, selain berkeringat, kita juga tampak “merah”/ flushing.
Kalau ada mekanisme pengaturan suhu yang canggih, mengapa kita bisa demam? Apa sebenarnya demam itu? FEVER AND FIGHTING FOR INFECTION (DEMAM SEBAGAI SALAH SATU CARA MEMERANGI INFEKSI)

Demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas seting normal yaitu di atas 38C. Namun demikian, beberapa buku menyatakan bahwa demam adalah suhu tubuh > 38.5C untuk waktu minimal 24 jam. Akibat tuntutan peningkatan seting tersebut maka tubuh akan memproduksi panas. Proses pembentukan panas itu terdiri dari tiga fase. Fase pertama, menggigil dan berlangsung sampai suhu tubuh mencapai puncaknya;lalu suhu menetap (fase kedua) dan baru akhirnya suhu turun (fase ketiga).

Bagaimana dan mengapa timbul demam? Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan pirogen (zat pencetus panas). Apa yang menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan pirogen? Banyak hal, antara lain infeksi, radang, keganasan, alergi, teething, dan lain lain. Sebelumnya akan diklarifikasi 3 terminologi.

INFLAMMATION - FEVER

Pertama, RADANG. Apakah radang itu? Infeksikah?

Dalam bahasa inggris, radang adalah INFLAMMATION, bukan infection. Dengan demikian, radang bisa disebabkan oleh infeksi tetapi bisa juga bukan karena infeksi. Bila radang disebabkan oleh infeksi, maka hal itu bisa infeksi kuman (bakteria) atau karena infeksi virus, jamur, parasit; tetapi kebanyakan infeksi pada bayi dan anak disebabkan oleh virus. Apa penyebab radang yang bukan infeksi? Bisa alergi (yang tersering), bisa juga trauma, tumbuh gigi (teething), atau karena penyakit autoimun (ada kesalahan “program” di dalam tubuh dimana organ tubuh dikira sebagai “musuh” dan diserang oleh sistem imun.

Kedua, Infeksi itu apa? Infeksi adalah masuknya jasad renik (micro organisms atau mahluk hidup yang sangat kecil yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita. Masuknya micro-organisms tersebut belum tentu menyebabkan kita jatuh sakit, tergantung banyak hal antara lain tergantung seberapa kuat daya tahan tubuh kita. Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak jatuh sakit atau kalaupun sakit, ringan saja sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme atau jasad renik tersebut bisa kuman/bakteri, bisa virus, jamur.

Ketiga, DEMAM. Apakah demam itu PENYAKIT ATAU GEJALA? Demam bukan penyakit, demam adalah gejala bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi di dalam tubuh kita. Batuk, muntah, diare juga bukan penyakit, melainkan gejala. Berhadapan dengan gejala-gejala tersebut, yang terpenting adalah mencari tahu APA PENYEBABnya.

Apakah DEMAM ITU PASTI INFEKSI? Belum tentu, tetapi umumnya demam disebabkan oleh infeksi. Pada bayi dan anak kebanyakan penyebab demam adalah infeksi virus.

Mengapa kalau infeksi harus demam? Sudah terbukti bahwa demam sengaja dibuat oleh tubuh kita sebagai upaya membantu tubuh menyingkirkan infeksi.
INFECTION, FEVER, ANTI FEVER DRUGS

Pada saat terserang infeksi, maka tentunya tubuh harus membasmi infeksi tersebut. Caranya? Dengan mengerahkan sistem imun. Pasukan komando untuk melawan infeksi adalah sel darah putih dan dalam melaksanakan tugasnya agar efektif dan tepat sasaran, sel darah putih tidak bisa sendirian, diperlukan dukungan banyak pihak termasuk pirogen. Pirogen membawa 2 misi:
  • Mengerahkan sel darah putih atau leukosit ke lokasi infeksi
  • Menimbulkan demam yang akan membunuh virus karena virus tidak tahan suhu tinggi, virus tumbuh subur di suhu rendah.
Dimana peran obat penurun panas? Obat penurun panas, bekerja menghambat ensim Cox (cyclo-oxygenase) sehingga pembentukan prostaglandin terganggu dan selanjutnya menyebabkan terganggunya peningkatan suhu tubuh. Obat penurun panas samasekali tidak mengobati si penyebab demam itu sendiri.

Beberapa contoh obat-obatan yang justru dapat meningkatkan suhu tubuh seperti obat anti-kanker, antibiotik tertentu (ampicillin, clox, tetra, lincomycin, Bactrim, Septrim, INH, Flagyl), Cimetidine, Primperan

TAKING YOUR CHILD’S TEMPERATURE

Dalam membesarkan anak, orang tua pasti berhadapan dengan masalah demam. Sebaiknya, orang tua memilki termometer untuk mengetahui persis apakah anaknya demam atau tidak. Sebaiknya, kita tidak menentukan anak demam atau tidak semata-mata berdasarkan perabaan saja, karena tidak tertutup kemungkinan perabaan tangan kita bisa menyesatkan. Suhu tubuh bisa saja meningkat saat suhu di luar tinggi, atau anak bermain dengan aktivitas fisik yang tinggi. Sebaliknya, anak yang dehidrasi akan teraba dingin meski suhu di dalam tubuh meningkat.

Saat ini tersedia berbagai pilihan termometer yang dapat dipergunakan orang tua. Selain termometer kaca dengan merkuri, tersedia termometer digital, termometer untuk liang telinga, dan termometer fleksibel untuk ditempelkan di dahi. Bagaimana memilih termometer? Sebenarnya termometer kaca merkuri sangat akurat dan tidak mahal, tetapi atas dasara pencemaran lingkungan (bila termometer pecah), dianjurkan untuk tidak lagi dipergunakan. Alternatif yang aman dan akurat adalah termometer digital yang bisa dipergunakan di mulut, dimasukkan melalui anus (secara rektal), atau di ketiak. Alternatif lainnya adalah termometer telinga (tympanic thermometer) yang pemakaiannya mudah dan dengan cepat dapat mengukur temperatur di dalam liang telinga. Namun demikian, pengukuran termometer telinga tidak dianjurkan untuk bayi berusia kurang dari 3 bulan. Termometer dahi dalam bentuk lempengan plastik dapat dipakai menentukan ada tidaknya demam tetapi tidak akurat untuk menentukan temperatur secara tepat. Apapun tipe termometer yang dipergunakan, jangan mengukur suhu tubuh segera setelah mandi karena hasil pengukurannya akan terpengaruh.

Bagaimana cara pengukuran yang baik? Bayi dan anak berusia kurang dari 4 tahun belum bisa bekerjasama sehingga jangan lakukan pengukuran suhu di dalam mulut. Pada kelompok usia tersebut, pengukuran termometer dilakukan secara rektal, di ketiak, atau di telinga dengan termometer telinga. Pada anak yang lebih besar, pengukuran dapat dilakukan baik melalui rektal, ketiak, telinga, maupun mulut. Namun demikian, bila anak pilek hebat dan hidungnya tersumbat maka dia tidak bisa menutup mulutnya (karena ia bernafas melalui mulut), sebaiknya pergunakan pengukuran ketiak, telinga atau rektal.
Mengukur temperatur rektal
  • Lumasi ujung termometer dengan jelly pelicin yang larut air (jangan pergunakan petroleeum jelly seperti vaselline)
  • Baringkan anak di pangkuan anda atau di atas tempat yang rata dan agak keras
  • Satu tangan memegang bagian bawah pantat anak agar tidak bergerak-gerak. Tangan yang lain memasukkan termometer melalui anus sejauh 1 – 2 cm, tetapi bila terasa ada tahanan, jangan masukkan lebih jauh dari 1 cm.
  • Termometer dikepit di antara dua jari saat bagian tangan anda yang lain memegang pantat anak. Tenangkan anak/bayi, ajak bicara sambil anda memegang termometer tersebut.Tunggu sampai terdengar nada “beep” dan bacalah angka yang tertera
Mengukur temperatur di dalam mulut (oral)
  • Bila anak baru saja minum atau makan, tunggu 20 - 30 menit sebelum mengukur temperatur di dalam rongga mulut.
  • Pastikan tidak ada makanan, permen, dan lain-lain di dalam mulut anak anda
  • Letakkan ujung termometer di bawah lidah, minta anak untuk mengatupkan bibirnya di sekeliling termometer. Ingatkan dia untuk tidak menggigit termometer atau berbicara saat ada termometer di dalam mulutnya. Minta anak untuk relaks dan bernafas biasa melalui hidung.
  • Setelah terdengar nada beep, baca angka yang tertulis

Mengukur temperatur di ketiak
  • Buka baju anak dan dalamannya (termometer harus menyentuh kulit, bukan baju)
  • Taruh termometer di ketiak, lipat tangan anak serongkan ke dada sehingga termometer terjepit
  • Tunggu sampai terdengar nada “beep”. Baca angka yang tertera. Jangan lupa untuk membaca tanggal saat pengukuran dilakukan.
COMPLICATIONS

Sudah jelas, demam itu umumnya justru dibutuhkan sebagai salah satu bentuk perlawanan tubuh terhadap infeksi. Tetapi apakah ada sisi negatifnya? Tidak sedikit yg mengganggap demam sebagai momok yang menakutkan.

Kerugian yang bisa terjadi akibat demam:
  • Dehidrasi – karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
  • Kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, kejang demam hanya mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Terjadi pada hari pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia <> 3 tahun. Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu sangat singkat. Umumnya TIDAK BERBAHAYA, tidak menyebabkan KERUSAKAN OTAK.
Orang tua sering sulit membedakan antara menggigil dengan kejang. Pada saat anak menggigil, anak tidak kehilangan kesadaran, tidak berhenti napasnya. Anak menggigil karena suhu demamnya akan meningkat.

Orang tua juga sering sulit membedakan antara kejang demam/steup dengan kejang akibat infeksi otak. Kejang akibat demam bersifat generalized (melibatkan seluruh tubuh), berlangsung sekejap, setelah kejang, anak segera sadar. Kejang akibat infeksi otak berlangsung lama, berulang-ulang, lehernya kaku, dan anak tetap tidak sadar sekalipun kejang sudah berhenti..

Sebaiknya orang tua menghitung lamanya kejang dengan watch stop. Tidak jarang, akibat penampilannya yang menakutkan, maka orang tua merasa kejangnya lama meski sebenarnya hanya berlangsung dalam detik atau menit.

PRINCIPLES IN FEVER MANAGEMENT

Apa yang terpenting dalam menghadapi anak demam? Mencari tahu apa penyebab panasnya. Dengan mengetahui permasalahan, maka kita dapat bertindak secara rasional.

Berikut ini adalah prinsip utama tatalaksana demam – sesuai panduan Mayo Clinic USA:
  • Orang tua tidak perlu panik, umumnya demam tidak membahayakan jiwa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah mengamati perilaku anak. Bila saat suhu tidak terlalu tinggi anak masih tetap aktif, masih riang, masih mau main, maka kita tidak perlu cemas.
  • Jangan memberikan obat panas bila demam tidak tinggi
  • Cegah kemungkinan terjadinya dehidrasi
  • Mengetahui kapan harus cemas dan harus menghubungi dokter
GUIDELINES

Panduan praktis menangani anak demam:
  • Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Anak memakai baju yang tidak tebal
  • Ekstra cairan, Minum sering:
  • Air, air sup, jus buah segar yang dicampur air, es batu, es krim
  • Bila sering muntah atau diare, beri minuman elektrolit: pedialyte, oralit
  • Biarkan anak memakan apa yang dia inginkan, jangan dipaksa. Hindarkan makanan yang berlemak, makanan yang sulit dicerna.
  • Tepid sponging (kompres air hangat)
Anak tidak masuk sekolah, tetapi bukan berarti harus di tempat tidur seharian.

SPONGING TO EASE FEVER (kompres hangat untuk menurunkan demam)

Tidak jarang orang tua terperangah bila saya tidak memberikan obat dan menyatakan cukup kompres saja. Kompres hangat akan menurunkan suhu anak dalam waktu 30 – 45 menit. Oleh karena itu, lakukanlah kompres hangat bila suhu anak sangat tinggi, atau anak muntah-muntah sehingga tidak dapat meminum obat, pernah kejang demam atau ada anggota keluarga dekat yang pernah kejang demam. Kompres hangat ini juga membantu anak agar lebih comfortable.

Bagaimana cara mengompres anak demam?
  • Taruh anak di bath tub/ember mandi yang diisi air hangat bersuhu 30 - 32C; atau
  • Usapkan air hangat di sekujur tubuh bayi/anak
  • Bila anak menolak, suruh duduk di ember/bath tub, beri mainan, ajak bermain
FEVER MEDICATION (OBAT DEMAM)

Sebelumnya sudah dikemukakan mekanisme kerja obat penurun demam dan kapan obat ini diberikan. Ada berapa macam obat penurun panas? Tabel di bawah menunjukkan beberapa obat demam yang tersedia di Indonesia.



IbuProphen

Acetaminophen

Acetosal

Metamizole

Efek NYERI, demam, fever
Inflamasi
DEMAM, nyeri Nyeri demam Nyeri, demam, inflamasi
Dosis 5 - 10 mg/kg 10 - 15 mg/kg

Efek samping Iritasi lambung/
saluran cerna (Perdarahan),
Gangguan ginjal,
Jangan berikan bila
Anak muntah2 dan
atau diare
Bila overdosis,
dapat menyebabkan
kerusakan hati
Sindrome Reye (gangguan otak dan hati), iritasi lambung
Tidak dianjurkan :
Anak <>
Bonne marrow suppression
Reaksi alergi



TIPS:
  • Jangan berikan 2 obat demam misalnya acertaminophen dengan ibuprofen atau acetaminophen dengan aspirin.
  • Sebaiknya jangan campur acetaminophen dengan phenobarbital (luminal). Dulu, tujuan pemberian fenobarbital untuk mencegah kejang demam, padahal kejang demam tidak dapat dicegah. Di lain pihak, fenobarbital menekan ensim hati yang kerjanya menetralisir acetaminophen sehingga kadar acetaminophen di darah akan meningkatkan dan meningkat pula risiko intoksikasi acetaminophen.
  • Jangan berikan aspirin (ASETOSAL/ASPILET) pada anak <>
PERDARAHAN SALURAN CERNA AKIBAT OBAT DEMAM

Pada dasarnya tidak ada obat yang tidak berisiko menimbulkan efek samping. Pemberian obat demam bisa menimbulkan efek samping mulai dari nyeri dan perdarahan lambung (yang paling kerap), hepatitis (kerusakan sel hati yang ditandai dengan peningkatan ensim SGOT dan SGPT, pembengkakan dan rasa nyeri di daerah hati), gangguan pada sumsum tulang (produksi sel darah merah, sel darah putih dan sel trombosit tertekan), gangguan fungsi ginjal, rasa pusing, vertigo, penglihatan kabur, penglihatan ganda (diplopia), mengantuk, lemas, merasa cemas, dan sebagainya

Risiko efek samping perdarahan saluran cerna misalnya, akan meningkat bila kita memakai lebih dari satu obat (misalnya parasetamol dengan aspirin atau parasetamol dengan ibuprofen), pemakaian jangka panjang, atau pemakaian bersama dengan steroid. Dxi lain pihak, faktor indiv idu juga bisa meningkatkan risiko efek samping ini seperti manula, perempuan, peminum alkohol atau perokok, peminum kopi. Risiko perdarahan juga akan meningkat biloa ybs sebelumnya memang sudah menderita tukak lambung atau bila ada riwayat perdarahan pada keluarga.

SHOULD IT BE TREATED?

Umumnya, demam bukan merupakan kondisi yang membahayakan jiwa. Demam justru merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang membantu kita membasmi infeksi, yang paling penting adalah mencari tahu penyebab demam dan memahami saat kapan orang tua harus mengontak dokter anaknya.

Bila demam tidak tinggi, jangan berikan obat demam, tidak perlu dikompres, minum banyak saja. Obat demam dan kompres hangat hanya diberikan bila demam tinggi atau anak merasa “uncomfortable”. Upaya yang penting lainnya adalah mencegah komplikasi dehidrasi dengan memberikan anak minum lebih dari biasanya.

HIPOCRATES “Heat is the immortal substance of life – endowed with intelligence.

However, heat must also be refrigerated by respiration and kept within bounds if the source of the principle of life is to persists; For if refrigeration is not provided, the heat will consume itself”

FINAL MESSAGE

Salah satu tugas dokter adalah kegiatan promotif edukatif sehingga konsumen kesehatan menyadari bahwa upaya perawatan kesehatan merupakan tanggung jawab mereka pula, bahwa menjadi konsumen kesehatan yang baik menempatkan dirinya sebagai partner dokter antara lain dengan senantiasa mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan mereka, sehingga bisa bersikap rasional. Termasuk perihal demam pada anak.

Konsumen kesehatan yang rasional mengetahui mekanisme terjadinya demam. Juga mengetahui bahwa yang terpenting adalah mengetahui penyebab demamnya, menyadari bahwa obat tidak selalu merupakan jawaban atas gangguan kesehatan yang sedang dialami karena tahu bahwa pada dasarnya semua obat dapat meracuni tubuh. Konsumen kesehatan yang rasional tidak akan menuntut obat untuk setiap gejala kesehatan yang dialami (jauhi konsep – a pill for an ill).

Oleh: Purnamawati Sujud Pujiarto Dr, SpAK, MMPed

30 Juli 2009

MENGHINDARI FACEBOOK DARI ANCAMAN VIRUS




Tak bisa di pungkiri bahwa Facebook sedang mengalami masa-masa jayanya saat ini. Jutaan user sudah terdaftar di jejaring sosial ini.

Tapi perlu diwaspadai juga bahwa perkembangan facebook juga menarik minat para hacker , cracker dan para pembuat virus untuk mencoba mengambil keuntungan dari situs ini dengan cara menyebarkan virus, mengambil data pribadi dan sebagainya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Berikut beberapa tips bagaimana cara menghindari Facebook anda dari terkana virus.

  1. Berhati-hatilah dalam menginstal aplikasi. Yang terbaik adalah tidak menginstal aplikasi Facebook yang dikirimkan oleh orang tidak dikenal terutama bagi aplikasi-aplikasi aneh yang tidak umum terdapat dalam Facebook.
  2. Cek lebih teliti sebelum menginstal aplikasi. Sebelum menginsatal aplikasi Facebook, pertama kalli yang harus dilakukan adalah mengecek daftar dan review hasil scan. Bacalah dengan teliti sebelum Anda menginstalnya. Jika tidak, virus akan mudah mengintai Anda.
  3. Tidak mengklik link yang terlihat aneh. Jika dirasa link tersebut terdapat kejanggalan, lebih baik jangan mengkliknya. Jika dikatakan link tersebut berasal dari salah satu teman Anda, sebaiknya konfirmasi terlebih dahului pada teman tersebut. Bisa saja si pengirim link berpura-pura menjadi teman Anda.
  4. Pastikan aplikasi itu bukanlah sesuatu yang mengharuskan Anda untuk melakukan verifikasi identitas yang lengkap dan rahasia. Anda patut berhati-hati dengan infirmasi yang diposting ketika akan mengakses game Facebook dimana para penggunananya harus membagi 25 fakta secara acak berkaitan dengan diri dan teman-teman Anda.

07 Januari 2009

Si Kecil Tak Segemuk Waktu Bayi



Menginjak usia 2 tahun, biasanya anak tidak segemuk ketika bayi. Mengapa? Mungkin beberapa informasi berikut ini bisa menenangkan Anda:

  • Perkembangan fisik anak batita lebih lambat ketimbang bayi, tapi pada tingkat yang dapat diramalkan. Demikian menurut Eve R. Colson, MD dan Paul H. Dworkin, MD., Profesor Pediatri dari University of Connecticut School of Medicine, dalam Toddler Development. Persentase lemak tubuh terus turun secara teratur dari 22% di usia 1 tahun sampai kira-kira tinggal 12,5%-15% di usia 5 tahun, terang keduanya seperti dimuat dalam Pediatrics in Review. Di akhir masa batita, imbuh mereka, peningkatan tegangan otot dan penurunan lemak tubuh membuat penampilan anak lebih kurus -- tapi berotot. Hal ini diperkuat dengan pendapat sumber lain, bahwa pada ulang tahun kedua, anak batita biasanya kehilangan tampilan bayinya dan tumbuh meninggi alih-alih membulat. Dengan bertambahnya kekuatan dan kecakapan batita, tingkat pertumbuhan fisiknya pun melambat.
  • Target pertumbuhan anak batita lebih rendah dibanding bayi. Terbiasa oleh targetpertumbuhan yang tinggi di tahun pertama, misalnya, bayi usia 0-6 bulan harus bertambah beratnya antara 500-1000 gram per bulan, orang tua kadang lupa bahwa di tahun kedua, anak tidak perlu tumbuh secepat bayi di tahun pertama. Sekedar gambaran, sebuah sumber menyebutkan bahwa sepanjang tahun kedua, anak batita mungkin hanya bertambah beratnya sebanyak 1,4 kg-2,26 kg. Anak perempuan usia 15 bulan beratnya rata-rata sekitar 10 kg dan tingginya 79 cm (anak laki-laki tingginya sama, tapi lebih berat sekitar 0,5 kg).
  • Tiap anak tumbuh mengikuti kurva pertumbuhannya masing-masing. Demikian menurut ahli diet Joanne Larsen, MS, RD, LD, pengasuh rubrik tanya jawab Ask the Dietitian, menanggapi keluhan ibu yang anak usia 1 tahunnya dikhawatirkan tak tumbuh -- lantaran bobotnya di ambang bawah rentang berat badan anak seusianya. Ada anak yang tumbuhnya cepat, dan ada yang tumbuh pada tingkatan yang biasa saja, kata Joanne. Sumber lain menyebutkan, berat dan tinggi badan adalah seperti rambut dan warna mata anak: dipengaruhi faktor keturunan. Joanne menyarankan agar orang tua memeriksa pertambahan tinggi dan berat anak sejak lahir. Jika tinggi dan berat anak datar-datar saja selama 3 bulan, anak perlu campur tangan medis. Jika tinggi dan berat terus meningkat, berarti anak tumbuh (akan tetapi jika tingkat pertumbuhannya sangat lambat, anak perlu dibantu untuk mencapai tingkat pertumbuhan normal untuk usianya).
  • Orang tua terlalu mengatur asupan makan anak batita. Journal of the American Dietetic Association, Juni 2000, memuat temuan menarik dari hasil studi terhadap anak-anak kulit putih Amerika berusia 12-18 bulan. Disebutkan, anak-anak batita ternyata lebih banyak makannya dan pertambahan berat badannya jika orang tua tidak terus-terusan mencoba mengatur asupan makan mereka. Para peneliti dalam studi tersebut juga menyebutkan, ibu-ibu yang menyusui minimal 12 bulan lebih bisa mengakui peranan anaknya dalam pengaturan asupan makanan. Apa yang bisa kita petik dari hasil temuan ini? Jika ingin si kecil tidak kurus-kurus amat di tahun keduanya, hindarkan memaksa mereka makan! Tugas kita hanyalah menghidangkan aneka makanan yang aman dan bergizi untuk mereka. Selebihnya, percayakan pada lidah dan ukuran lambung si kecil!!
Satu hal yang juga perlu kita renungkan bersama. Mungkin kita terbiasa melihat gambar-gambar bayi dan batita gemuk di mana-mana: di kemasan susu dan makanan bayi/batita, iklan produk-produk dan perlengkapan bayi/batita, sampul majalah dan buku-buku referensi perawatan bayi/batita, film, kartu ucapan, kertas kado, atau bahkan di gambar panduan tumbuh kembang balita di klinik dan rumah sakit. Gambar-gambar tersebut dicitrakan sebagai gambaran ideal atau yang seharusnya. Maka, ketika tampilan si kecil tak segemuk gambar-gambar tadi, kita pun menganggapnya bermasalah. Lalu kita semakin cemas ketika ada yang mempertanyakan: kenapa si kecil sekarang kurus. Padahal, kemungkinan besar si kecil baik-baik saja.